Halaman

Selasa, 21 Juli 2020

UPAYA PERCEPATAN PERTAMBAHAN POPULASI TERNAK MELALUI INSEMINASI BUATAN (IB)





Dasar pelaksanaan adanya kegiatan Inseminasi Buatan (IB) adalah dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Dengan ditetapkannya Permentan tersebut, maka diharapkan percepatan pertambahan populasi ternak sapi dan kerbau dapat segera meningkat. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama manusia yang pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan senantiasa harus tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.
Pada umumnya peternak di Indonesia masih menggunakan metode beternak secara tradisional, baik metode perkawinnya maupun metode pengobatan terhadap ternak yang sakit. Dengan menggunakan perkawinan yang tradisional (kawin alam) tidak akan mampu meningkatakan mutu genetik ternak tersebut, dengan adanya bioteknologi Inseminasi buatan merupakan cara yang yang tepat untuk mendeposisikan spermatozoa (sel-sel sperma) ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan teknik inseminasi buatan untuk meningkatakan mutu genetik ternak (Ismaya, 2014).
Inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik adalah upaya memasukkan semen/mani ke dalam saluran reproduksi hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan inseminator agar hewan bunting. Keahlian dan keterampilan inseminator dalam akurasi pengenalan birahi, sanitasi alat, penanganan (handling) semen beku, pencarian kembali (thawing) yang benar, serta kemampuan melakukan IB akan menentukan keberhasilan (Utami dan Agris, 2012).
Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan (fertilisasi).  Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi reproduksi yang dapat meningkatkan mutu genetik dan menghindari terjadinya inbreeding serta penyakit penularan (Hafez, 2000a dan Juhani, 2009). Inseminasi buatan dapat meningkatkan efisiensi reproduksi (Hafez, 2000a).
Berhasilnya suatu program Inseminasi buatan (IB) pada ternak tergantung pada kualitas dan kuantitas semen yang diejakulasikan seekor pejantan, kesanggupan untuk mempertahankan kualitas, dan memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak betina akseptor yang bisa diinseminasi. Inseminasi buatan adalah suatu cara untuk memasukkan semen beku (sperma beku) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari organ reproduksi ternak yang disaluran ke organ reproduksi betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun. Inseminasi buatan merupakan cara paling berhasil dan dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia (Solihati dan Kune, 2009).
Di dalam pelaksanaan kegiatan IB yang harus diperhatikan adalah mengenai kebersihan dan ketepatan waktu IB, hal tersebut penting untuk dilaksanakan untuk tercapainya keberhasilan IB. Jika dalam implementasi pelaksanaan IB tidak dilakukan dengan bersih, maka alat inseminasi (gun IB) akan membawa bakteri atau kuman ke dalam organ reproduksi. Organ reproduksi sapi betina yang telah terinfeksi oleh bakteri atau kuman akan mengalami ganguan reproduksi yang disebut endometritis. Penyakit endometritis akan menghambat terjadinya kebuntingan pada ternak sapi betina dalam jangka waktu yang panjang bila tidak segera diobati.
Ketepatan waktu implementasi IB juga sangat penting untuk diukukan, karena dengan mengetahui tanda – tanda birahi puncak pada sapi betina akan memudahkan spermatozoa membuahi sel telur pada saat setelah penyemprotan semen ke dalam uterus.




JENIS PELAYANAN

    Jenis Pelayanan Laboratorium Keswan dan Kesmavet:   a.         Laboratorium mikrobiologi : -            Total plate Count  (TPC) -      ...